Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi
Tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia
Begitulah sebuah syair yag menggambarkan sosok seorang ibu. Sosok agung bagi setiap perabadan. Pada sebuah kebudayaan yunani kuno, ada sebuah Negara yang terkenal dengan kekuatan mereka. Mereka adalah pasukan Spartan terdiri dari pria-pria yang dikabarkan sebagai keturunan langsung Hercules. Jika mereka ditanya siapa yang mereka lindungi terlebih dahulu jika Negara mereka diserang. Mereka akan menjawab wanita karena seorang raja hebat pasti didamping ratu yang hebat, suami yang hebat pasti didampingi istri yang hebat, anak yang hebat pasti didampingi ibu yang hebat dan hanya wanita sejati yang mampu melahirkan manusia sejati. Sosok wanita sebagai seorang ibu dianggap sebagai suatu tugas yang penuh dengan tangung jawab.
Namun Darwin dan teori evolusinya, ada benarnya. Makna dasar dari sosok seorang ibu yang sekarang telah mengalami evolusi yang jelas. Jika dulu seorang ibu harus melindungi anaknya agar anaknya bisa hidup tapi sekarang telah kita lihat banyak ibu yang melindungi anaknya dari kehidupan dengan cara yang berbeda-beda. Apakah dengan menyerahkannya pada orang lain, menukarkannya dengan sejumlah uang atau malah menghalanginya untuk hidup di dunia ini.
Mempertanyakan tindakan tersebut adalah wajar namun mari kembali pada cerita tentang prajurit Sparta. Mereka terkenal sebagai pasukan yang kuat bukan dengan tanpa alasan yang ilmiah. Meskipun mereka dilegendakan sebagai keturunan langsung Hercules, mereka tetap harus menjalani proses “survival of the fittest” atau yang kuat yang bertahan. Pada hari dimana mereka lahir, mereka akan diperiksa oleh tabib yang melahirkan mereka. Jika ternyata mereka memiliki kecacatan, meskipun sedikit, yang bisa membuat mereka tidak mampu untuk bertempur di medan perang pada kemudian hari maka, mereka akan dikembalikan ke alam dunia bawah dan jadi tumbal untuk dewa perang yunani kuno, Ares, atau dengan kata lain mereka akan di bunuh tepat di depan mata ibu yang baru saja melahirkannya. Bisa kita bayangkan pengorbanan dan perasaan seorang ibu yang melihat anaknya dibunuh di depan matanya hanya karena anaknya dinilai tidak cukup mampu untuk bertahan di dunia ini.
Kisah tersebut memberikan kita gambaran yang hampir sama dengan apa yang terjadi sekarang ini. Tindakan para ibu masyarakat Sparta dan ibu pada masa kini, yang terlihat menyimpang, memiliki persamaan dalam arti kasih sayang terhadap anaknya. Namun ada perbedaan yang mencolok yang mendasari tindakan mereka yaitu budaya. Ibu di masayarakat Sparta terikat oleh aturan sedangkan ibu masa kini tidak. Tindakan ibu masa kini berdasarkan pada logika mereka dengan kebenaran mereka.
Jika kita mulai mempertanyakan masalah ini, itu tidak wajar karena jika kita berpikir secara logika tanpa perasaan maka akan kita lihat apa yang dilakukan oleh mereka ada benarnya. Mungkin anak-anak mereka akan menderita jika hidup lebih lama. Perspektif yang wajar untuk arti sebuah kasih saying.
This entry was posted
at 5/06/2010 02:18:00 PM
and is filed under
aksara rasa
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.
Pengikut
penulis

- Ayub Wahyudi
- DKI Jakarta, Jakarta Timur, Indonesia
- saya memiliki prinsip hidup "MASA BODOH". apapun yang saya lakukan, proses yang penuh dedikasi lebih penting daripada hasil tanpa arti. ............................................................ lahir dibawah konstelasi virgo [bintang utama dengan elemen udara dan dibawah pengaruh venus] dan tersisip sifat ular kayu. ................................. aku percaya, aku punya semesta sendiri.
Label
- aksara rasa (27)
- Curhat (1)
- Pramuka (1)
- Tugas Kuliah (48)