Online atau tidak, surat kabar tetap payah, Jon Katz  

Posted by Ayub Wahyudi in

Resume
Kalimat diatas bukan tidak beralasan, surat kabar adalah media cetak yang tidak mempunyai peran penting bagi masyarakat –apalagi untuk anak muda– dalam dekade terakhir. Hal itu disebabkan oleh munculnya media lain, TV mengambil berita, majalah mengambil iklan dan penulis berbakat serta TV kabel mengambil para pemuda hingga yang tersisa adalah pembaca mereka yang semakin tua, penurunan pendapatan, tenggelam dari peredaran dan kehilangan rasa.

Off line

Selama beberapa tahun surat kabar selalu cuek tehadap “on line” dan elektronik , mereka enggan berubah karena kepercayaan yang telah mendarah daging bahwa merka adalah yang terhebat, serius, media yang pantas sedangkan media elektronik diremehkan dan dianggap tukang ikut-ikutan tapi ternyata revolusi digital membuat mereka semakin terpojok. mereka selalu mencoba gerakan yang bersifat radikal kecuali merombak diri membuat mereka berpikir seakan telah mencoba semua pilihan yang ada, padahal pilihan yang harus mereka lakukan adalah –perubahan–  
Inilah alasan kenapa surat kabar payah secara off-line dan membuat mereka menjadi pecundang terbesar dan paling menyedihkan dalam revolusi informasi.

On line

Sekian lama mengacuhkan elektronik ditambah dengan desakan dari pamor media lain mereka akhirnya mengerti –meskipun sudah terlambat– dengan teriakan “oke! Gw ngerti!”. Akhirnya ledakan online mulai dilirik oleh para penerbit surat kabar dan muncullah surat kabar on-line tapi tenyata membaca surat kabar on-line sulit, tidak praktis dan menghabiskan waktu. Tidak ada lagi perasaan sensasi saat mencari berita, tidak ada lagi membalik halaman, melompat dengan mudah kembali ke halaman depan.
Dampak dari melihat gambar, berita utama, judul halaman dan beberapa teks dalam satu sapuan halaman sama sekali hilang. Dengan pandangan yang hanya pada bagian-bagian dan gulungan pendek, rasa yang dikatakan penting oleh surat kabar telah lenyap. Kamu tidak bisa melihat halaman depan Koran untuk menyerap rasa –betapapun terbatasnya– dengan bentuk kota atau dunia didalamnya. Kau tidak bisa lompat melewati sebuah tinjauan untuk paragrap yang memberitahukanmu apakah harus melihat film atau tidak atau harus menyaringnya melalui daftar film untuk melihat jadwal tayang. Sebagian besar dari apa yang masih berhasil bagi surat kabar –media yang menyenangkan, kebebasan visual, sebuah rasa dari prioritas, pengalaman personal– telah pergi.
Kepayahan surat kabar on-line adalah bahwa adanya Sifat on-line surat kabar justru telah membuang sesuatu yang membuat mereka special,

Kesimpulannya

Bahwa surat kabar, secara kontras, telah kehilangan pelajaran penting selama setengah abad ini.kesalahannya bukan terletak pada tindakan mereka yang menanam modal pada TV atau menyimpan ceritanya di dalam layar kaca tapi karena penolakan mereka untuk membuat perubahan aapapun yang seharusnya kebangkitan TV telah dimandatkan. Tidak hanya TV tapi pada sema media elektronik lainnya.
Publik membutuhkan sesuatu yang sangat dekat dengan surat kabar tapi berbeda ideologi dan etika. Sebuah media yang memberikan konsumennya kekuatan yang sama yang dimilki oleh para editor dan reporter. Sebuah media yang tidak takut terhadap diskusi yang tidak tekekang, hasrat yang bersungguh-sungguh, dan opini yang tidak tahu malu. Sebuah media yang mengenali bahwa kami telah mendengar berita utama itu berulang kali.
Apa yang surat kabar butuh untuk diubah bukan teknologi penghantarannya tapi konten di tiap-tiap kertasnya.

This entry was posted at 10/13/2010 11:51:00 AM and is filed under . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 komentar

Posting Komentar