Media, Budaya dan Masyarakat 4: Asal Usul Kajian Budaya  

Posted by Ayub Wahyudi in

Bahan:
Babe, Robert T. Cultural Studies and Political Economy: Toward a New Integration. New York: Rowman and Littlefield. 2009: 61-96

Meskipun kajian budaya sulit untuk bisa di analisis untuk dapat diberikan kritik bukan berarti asal usulnya tidaklah jelas. Alasannya, tidak ada yang cukup menjelaskan untuk apa kajian budaya ada, siapa yang mempunyai kepentingan atas pendekatan ini, apa teori, metode dan objek yang cocok untuk pendekatan ini dan dimana letak batasannya. Pada dasarnya ada celah yang diajukan untuk penjelasan tentang pendekatan kajian budaya – cultural materialism dan poststructuralism – dan celah tersebut ada diantara kedua pandangan ini, meskipun pandangan poststructuralist adalah pendukung status quo – mengacuhkan teori nilai manusia. Perbedaan keduanya adalah pertarungan antara kritis realisme dan kebebasan interpretatif. Secara tipologi kajian budaya berada antara titik kritis dan adminstratif, serta berada antara titik materialis dan idealis. titik temu dari keempat pandangan tersebut adalah posisi kajian budaya.
Untuk memahami asal usul pendekatan kajian budaya. Ada dua pandangan yang menjadi asal usul pendekatan ini. Yang pertama adalah Kajian budaya inggris dengan para pemikirnya – Hoggart, William dan Thompson – yang nantinya menghasilkan pendekatan yang konservatif. Yang kedua adalah Mazhab Frankfurt – khusunya Adorno – yang menghasilkan pendekatan yang lebih kritis. Pada dasarnya kajian budaya mempunyai perbedaan yang sama dengan ekonomi politik. Sehingga bisa dikatakan bahwa keduanya adalah sama. hal menjelaskan bahwa ekonomi politik kritis adalah dasar sumber kajian budaya kritis. Pemikiran Adorno dan Para pemikir kajian budaya inggris sering berbagi pemkiran.
Pandangan pertama dari kajian budaya inggris adalah hoggart. Pemikiran yang berhubungan dengan pendekatan kajian budaya terletak pada bukunya yang berjudul the uses of literacy. Hoggart menekankan posisi media bukan hanya dalam hal produksi teks media tapi juga terhadap konsumsi dan interpretasi. Sasaran Hoggart adalah mengangkat posisi kelas pekerja demi demokrasi. Dia juga mengamati perubahan masyarakat. Budaya komersil telah menggantikan budaya pribumi dengan cara melakukan kolonisasi pada kelas pekerja sehingga melemahkan kesadaran kelas atas kepentingan mereka yang sesungguhnya. Namun dia juga percaya dibalik usaha indoketrinasi media massa akan selalu ada perlawanan dari kesadaran kelas tersebut.
Pemikir kedua, William, melanjutkan usaha Hoggart dengan bukunya yang berjudul society and culture 1780-1950. Didalam buku ini dia berusaha menemukan sebuah teori umum tentang budaya dengan menghubungkan faktor-faktor besar dalam budaya – industri, demokrasi, kelas dan seni. Budaya dianggap sebagai jalan hidup. Pemikiran dia yang lain yang berhubungan dengan pemikiran yang pertama adalah konsep massa, ekonomi sebagai penentu – pemikiran karl marx, dan teknologi sebagai penentu – pemikiran Innis. Konsep massa dari William terdengar pesimis. Massa dianggap sebagai sebuah strategi elit untuk menghilangkan identitas tiap-tiap kelas yang berbeda. Hilangnya identitas membuat anggota kelas tidak lagi memikirkan kepentingan kelompok dan menjadi individual dalam massa. Konsep massa ini menjelaskan terhalangnya revolusi dan kendali kesadaran dari media massa. Semakin berkurangnya kesadara kelas akan identitas mereka maka semakin gampang dominasi elit bisa dilaksanakan. Selain itu, William adalah pemikir yang menolak bahwa ekonomi menentukan semuanya – toeri struktur dasar dan struktur super, Karl Marx. William mengatakan bahwa ekonomi tidak menentukan sendiri tapi bersama-sama dengan faktor yang lain, hanya saja faktor ekonomi lebih menonjol. Selain menolak determinisme ekonomi, William juga menolak determinisme teknologi. Dia menyatakan bahwa sangat tidak masuk akal bahwa kita mampu meramalkan pengaruh dan dampak perkembangan teknologi pada budaya dan masyarakat. William menekankan bahwa dampak dari perkembangan teknologi tidak dapat diramalkan.
Pemikir selanjutnya dari kajian budaya inggris adalah Thompson dengan bukunya The Making of English Working Class yang menjadi dasar dari pemikiran kajian budaya dengan menjelaskan kekurangan dari teori struktur dasar dan super – Karl Marx. Dia menyatakan bahwa kelas muncul atas adanya kepentingan bersama sehingga kelas tidak bisa dianggap sebagai benda mati tapi sebagai sebuah hubungan. Berdasarkan hal tersebut maka bisa disimpulkan bahwa pergerakan kelas akan selalu didasari oleh kepentingan bersama dari hasil hubungan sosial.
Kajian budaya berasal dari ekonomi politik kritis dengan pembagian yang jelas. Kajian budaya konservatif berasal dari pemikiran poststrukturalis – kajian budaya inggris dan yang lebih kritis adalah berasal dari sekolah Frankfurt – Adorno. Pemikiran Adorno tentang kajian budaya dapat dikatakan berasal dari pemikirannya tentang ekonomi politik kritis sehingga sering dianggap berbeda dari kajian budaya inggris padahal pemikiran keduanya adalah sama, antara lain.
1. menghargai budaya kelas pekerja yang asli
2. menumpukan perhatian pada penyebaran dan pembuatan budaya komersial yang menggantikan budaya kelas pekerja.
3. Menjelaskan posisi inovasi teknologi, meskipun berbeda pandangan.
4. Keduanya menggunakan pendekatan ekonomi politk dala menjelaskan budaya
5. Menolak alasan instrumental
6. Menjelaskan konsep massa
Meskipun ada kesamaan pemikiran terhadap konsep dasar kajian budaya dari kedua pemikiran tetap saja dalam penjelasan tiap konsep tersebut tetap terdapat perbedaan yang pada akhirnya menjelaskan kenapa kajian budaya tidak bisa dianalisis dan dikritik secara mendalam.

This entry was posted at 3/15/2011 08:48:00 AM and is filed under . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 komentar

Posting Komentar