Waste
Allocation
Load
Lifter
Earth-class
Itulah kepanjangan dari nama peran utama kita , sebuah robot kecil yang tersisa –satu-satunya malah yang masih aktif– dari sekumpulan robot yang memang bertugas untuk membereskan sampah yang ada di bumi. Dimasa depan bumi akan dipenuhi dengan sampah sehingga manusia harus meninggalkan bumi sementara waktu. Wall-E (dibaca wally) akan “bangun” setiap hari dengan rutinitas yang sama, dimulai dengan “sarapan” setelah itu pergi “bekerja” yang terkadang harus berhadapan dengan badai lalu pulang untuk “istirahat” dengan menonoton tv setelah itu diakhiri dengan “tidur”. Bisa dikatakan bahwa wall-e sangat mirip dengan manusia. Dia bahkan punya kebiasaan-kebiasaan yang selalu dia lakukan setiap hari. Salah satu kebiasaan yang akan membuat “hidup” wall-e berubah adalah mengumpulkan barang “unik” yang pada akhirnya mempertemukan dia dengan pujaan hatinya dan merasakan pertualangan dramatis.
Meskipun konsepnya menekankan pada sci-fi, drama dan komedi tapi film ini memberikan gambaran yang cukup kritis tentang bagaimana kehidupan manusia yang harus melakukan evakuasi dari bumi karena bumi sudah tidak bisa dijadikan tempat tinggal lagi. Manusia harus hidup diatas sebuah kapal luar angkasa dengan segala kemudahan karena semua pekerjaan dilakukan oleh robot mulai dari tukang bersih-bersih samapai astronot. Hingga pada akhirnya mereka lupa bahwa mereka punya dulu punya rumah yang mereka eksploitasi serakus mungkin tanpa memikirkan akibatnya.
Film ini dibuat dengan konsep senyata mungkin yaitu dengan menekan pada originalitas peran utamanya yaitu robot, maka dari itu kalian tidak bertemu dengan banyak dialog manusia. Yang ada hanya gerakan-gerakan simbolis yang mewakili maksud dari si robot. Percaya atau tidak, film ini akan membuat kalian tertawa dan menangis meskipun tidak ada dialog.
Saya sudah menonton film ini dan ada banyak pesan yang bisa kita ambil. Pesan yang saya dapatkan dari film ini, yaitu :
1. Lakukan 3R (reduce, reuse and recycle) jika tidak kita akan terusir dari bumi tanpa ada kesempatan untuk kembali. Sampah, saat ini pun, telah menjadi masalah global yang masih menjadi trend topik dengan tema lingkungan. Bukan tidak mungkin film ini akan menjadi alternatif masa depan yang harus kita renungkan bersama.
2. Teknologi hanya alat bukan tujuan. Di film ini dapat kita lihat bahwa manusia terkena dampak techno-myope. Hasilnya adalah manusia akhirnya tidak bisa mendiri. Kondisi dependent mereka terhadap robot membuat mereka malas, contoh dari scene yang paling solid adalah saat kita harus melakukan tele-conference dengan orang lain yang berjarak 1 meter dengan kita atau kita bisa minum tanpa harus menggerakkan tangan. Pada akhirnya semua manusia menjadi gendut karena jarang sekali bergerak.
Maka dari itu teknologi harus dijadikan alat untuk membantu manusia bukan malah bertujuan untuk mengambil alih fungsi hakikat manusia.
3. Monopoli. Di film ini ada satu perusahaan yang memonopoli semua bidang yang ada di bumi dari industry makanan hingga transportasi. Kemungkinannya memang kecil tapi scene ini menjelaskan kenapa sampah bisa menumpuk di bumi.
Semua hal di atas adalah wacana yang patut ditindaki secara proaktif. Karena, sekali lagi. Meskipun film ini Cuma sci-fi tapi film ini menawarkan alternative masa depan sebagai bahan imajinasi.
“…. Imajinasi lebih penting dari pengetahuan.
Karena imajinasi tidak terbatas dan pengetahuan terbatas…”
Albert Einstein, ilmuwan
Selamat menonton…..
This entry was posted
at 10/23/2010 06:55:00 PM
and is filed under
Tugas Kuliah
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.