Bahan:
Media Culture, Douglas Kellner. Hal 15-54, Theory Wars and Cultural Studies.
Perang teori memberikan gambaran sejarah tentang persaingan antar teori atas hegemoni dan dominasi. Dengan menceritakan semua kejadian yang menjadi pelaku perubahan dramatis pada masyarakat, maka timbul pemikiran tentang dibutuhkannya sebuah teori – super teori – yang mampu menjelaskan fenomena yang terjadi. Namun perang teori akhirnya hanya menjadi sekedar lapangan sepak bola dimana terjadi perebutan bola untuk bisa memasukkannya kedalam gawang – ada yang menyerang dan ada yang bertahan secara bergantian – dan hal itu diakui tidak memberikan solusi dari fenomena masyarakat tersebut. maka dari itu kita seharusnya menganggap teori sebagai alat dalam kotak alat yang berada bersama dengan alat yang lain.
Budaya media adalah hasil dari perkembangan teknologi komunikasi yang menjadi salah satu indikator maju tidaknya sebuah Negara. Dengan melihat proses perkembangan media komunikasi – teknologi dan penggunaannya – kita akan mampu melihat sejauh mana budaya media membentuk masyarakat Negara tersebut. kemunculan budaya media yang berbeda-beda tiap Negara menciptakan dinamika terhadap dampak budaya media itu sendiri. Budaya media telah dianggap menggantikan posisi budaya sebelumnya serta dampaknya secara keseluruhan. Jika benar demikian maka perbedaan dampak budaya media juga berbeda dan menghasilkan masyarakat yang berbeda. Perbedaan membuat perang teori menjadi tidak mempunyai dampak apapun. Dibutuhkan sekedar dari perang teori untuk memahami fenomena yang terjadi. Kita harus mengetahui bahwa teori ini mampu menjelaskan fenomena yang ini tapi tidak yang itu dan teori itu mampu menjelaskan fenomena itu tapi tidak yang ini.
Pedekatan kajian budaya adalah pendekatan antar disiplin teori yang berpusat pada teori sosial, baik secara dialektik dan kritik – karena objek analisis adalah bidang sosial. bisa dikatakan sebagai pendekatan paling modis untuk masalah perubahan terhadap pola kehidupan masyarakat akibat dari pengaruh berbagai aspek. Dalam memahami kajian budaya kita harus tentang mahzab Frankfurt, kajian budaya inggris dan pemahaman tentang post modernisme.
1. Mahzab Frankfurt pertama kali mengajukan istilah industri budaya yang menjelaskan tentang industrialisasi budaya media massa – komodifikasi, standarisasi dan massifikasi – dan komersialisasi kepentingan mengendalikan sebuah sistem masyarakat melalui produknya hingga muncul legitimasi ideology kapitalis yang membingkai budaya massa dan masyarakat. Meskipun cacat dan memerlukan rekonstruksi radikal karena bersifat parsial dan satu sisi tapi tetap menyediakan kritisasi terhadap ideology yang terkandung pada industri budaya serta menyediakan skema produksi dan reproduksi budaya dari dampak industri budaya.
2. Kajian Budaya Inggris lebih menekankan pada analisis politik, teori hegemoni. Dengan melihat secara dua sisi respon masyarakat terhadap realita yang ada, yaitu keteraturan, yang satu berusaha mempertahankan realitas yang ada dan yang satu berusaha memberontak dan menciptakan kontra realitas maka akan terlihat jelas bahwa perubahan adalah hal yang tidak bisa dihindarkan. Kontradiktif seperti ini mengharapkan keseimbangan antara keduanya untuk mencapai keteraturan dengan win to win solution. Dengan mengharapkan keteraturan artinya mengharapkan hanya ada satu kondisi dan jika kondisi lain masih ada maka harus segara dihilangkan dengan cara menghapus kondisi yang diinginkan atau yang mayoritas. Itulah kelemahan pendekatan ini.
3. Post modernisme dianggap sebagai pendekatan baru yang membayangi kajian budaya dengan title tambahan. Isu “kajian budaya post modernisme” menjadi hal baru tapi absurd karena pemahaman terhadap post moderenisme sendiri masih sangat dangkal dan belum rapi. Istilah tersebut hanya dianggap sebagai sesuatu yang berubah atau berbeda dari modernisme dalam bidang tertentu – seni atau arsitektur – tapi memiliki defenisi yang umum untuk di aplikasikan pada hal khusus. Maka dari itu penting bagi kita untuk tidak terlalu memfokuskan kajian budaya kepada istilah post modernisme sampai ada pemahan bersama yang mendalam dan rapi.
This entry was posted
at 3/15/2011 08:42:00 AM
and is filed under
Tugas Kuliah
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.
Pengikut
penulis
- Ayub Wahyudi
- DKI Jakarta, Jakarta Timur, Indonesia
- saya memiliki prinsip hidup "MASA BODOH". apapun yang saya lakukan, proses yang penuh dedikasi lebih penting daripada hasil tanpa arti. ............................................................ lahir dibawah konstelasi virgo [bintang utama dengan elemen udara dan dibawah pengaruh venus] dan tersisip sifat ular kayu. ................................. aku percaya, aku punya semesta sendiri.
Label
- aksara rasa (27)
- Curhat (1)
- Pramuka (1)
- Tugas Kuliah (48)