Bahan:
1. George Comstock, The Psychology of Media and Politik, Chapter 7: Beyond Politik. Hal: 217-254;
2. Elizabeth M. Perse, Media Effect and Society, Chapter 3: Media Effect and Crisis. Hal: 53-83;
3. Jonathan Woodier, The Media and Political Change in Southeast Asia. Chapter 6: Perning in the gyre: Indonesia, the Globalized Media and the “War on terror”. Hal: 140-174;
4. Jim Willis, The Media Effect: How the News influences Politics and Government. Chapter 1: Media Impact on Government: Views Vary. Hal: 1-13
Hubungan media dengan masyarakat dapat dimengerti dengan salah satu pendekatan, yaitu pendekatan struktur fungsionalis - meskipun dianggap tautologikal, segala sesuatu yang ada pasti mempunyai fungsi . Meskipun demikian, kita akan tetap mengaggapnya sebagai sesuatu yang bisa digunakan dalam menganalisa media. menurut pendekatan ini, media mempunyai empat fungsi terhadap masyarakat: pengawasan, korelasi, sosialisasi dan hiburan. Dalam krisis fungsi media yang menonjol adalah pengawasan – sebagai lensa yang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengawasi dan mempelajari tentang opini dan pengalaman dari yang lain yang tidak mungkin dia dapatkan atau rasakan sendiri , dan korelasi – dimana media melakukan klarifikasi dan memberikan penjelasan tentang hubungan sebuah informasi terhadap sebuah peristiwa dan juga untuk mengurangi disfungi dari pengawasan karena dapat menyebabkan kelebihan informasi .
Fungsi pengawasan media mempunyai dampak yang lebih dari hanya sekedar menjadi lensa kesempatan bagi masyarakat. Ketika kita bertanya pada sejumlah orang tentang tujuan mereka menonton TV – media massa dengan kemampuan menghasilkan gambar dan suara secara bersamaan, mereka akan menjawab bahwa TV mempunyai kemampuan untuk membantu mereka belajar dan mengikuti perkembangan di sekitar dunia mereka dan ini menjadi kepuasan dan kebutuhan mereka. Namun mereka tidak berada pada suasana pendidikan atau berita tapi lebih kepada mereka penampilan dan cita rasa yang sedang terjadi di luar sana . Efek media massa mempunyai dampak yang luar biasa dalam keadaan apapun, termasuk saat krisis politik disebuah negara. Fungsi pengawasan yang memberikan referensi dan acuan dapat menjadi alat propaganda yang sangat sempurna. Hal ini terkait dengan meningkatnya fungsi pengawasan media – fungsi korelasi – saat terjadi sebuah krisis yang dibuktikan dengan meningkatnya penggunaan berita oleh masyarakat . Hal tersebut sangat memberikan media peran yang berdampak penting pada saat transisi politik.
Akhir abad keduapuluh, terjadi ledakan era baru industri media Indonesia yang bersamaan dengan berakhirnya masa jaya kendali paham otoritarian. Pada masa berakhirnya tatanan kekuasaan orde baru oleh soeharto di Indonesia, yaitu awal masa paska 1998, memicu semangat untuk tiap-tiap kelompok memperjuangkan kepentingannya masing-masing. Akan tetapi akhir dari semangat ini adalah kembalinya fungsi penuh media komunikasi massa dalam pengendalian kekuasaan yang sebelumnya berdasarkan pada kendali poltik terpusat . Ini masa transisi kekuasaan.
Beberapa mungkin mengatakan bahwa media melakukan kendali dan menyusun agenda atas perintah pemerintah dan para aktor politik . peningkatan jumlah kasus pencemaran nama baik merupakan salah satu dari sekian banyak strategi – termasuk kepemilikan media – dimana para aktor politik, tokoh-tokoh lokal yang berpengaruh, kelompok agama dan “daerah-daerah” dimana terdapat pihak yang berwajib untuk kemanan – kepolisian – dan untuk pertahanan – militer – yang terkait dengan semua tindakan tersebut, mencoba kembali menegaskan lagi posisi mereka atas kendali media massa. Usaha ini gencar dilakukan setelah melihat peningkatan pengunaan media di wilayah asia dan diluarnya . Hal ini membuktikan anggapan sebelumnya bahwa media adalah alat propaganda politik yang sempurna dimasa krisis.
Praktik penggunaan media lainnya sebagai alat propaganda politik dapat dilihat dari praktik politik pencitraan. Di Indonesia, para pemimpim yang mengandalkan karisma mereka telah menggunakan media untuk proyek pencitraan. Ketika karisma digabungkan dengan kemampuan media untuk membentuk opini masyarakat umum akan mengubah seseorang yang biasa menjadi seorang selebritis. Media menjadi bagian penting dalam proses politik,erat kaitannya antara menggunakan kekuasaan secara fisik untuk melakukan penindasan dan menciptakan rasa takut .
Hubungan media massa dan propaganda politik adalah hal yang sangat terlihat. Fungsi media massa adalah hal yang mendukung masyarakrat. Ada yang berpendapat bahwa dampak media terhadap masyarakat umu adalah hal yang lain tetapi jika kita mengatakan bahwa masyarakat umum – terutama kelompok tertentu – juga mempunyai peran terhadap teks media yang diberitakan . Tetapi pendapat tersebut hanya berguna jika media menjalankan fungsinya dengan benar karena disfungsi media menyebabkan media tidak bisa berjalan dengan semestinya. Disfungsi media sangat bersifat adiktif seperti narkoba . Disfungsi pengawasan berdampak pada ledakan informasi, disfungsi korelasi berdampak pada kemampuan kritis masyarakat umum menjadi lemah dan akhirnya tergantung pada media, disfungsi sosialisasi jika media mengabaikan budaya dan kearifan local yang seharusnya menjadi identitas bangsa dan disfungsi hiburan jika hanya kental akan konten berbau “esek-esek” dan kekerasan dalam bentuk apapun.
This entry was posted
at 3/15/2011 08:37:00 AM
and is filed under
Tugas Kuliah
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.
Pengikut
penulis
- Ayub Wahyudi
- DKI Jakarta, Jakarta Timur, Indonesia
- saya memiliki prinsip hidup "MASA BODOH". apapun yang saya lakukan, proses yang penuh dedikasi lebih penting daripada hasil tanpa arti. ............................................................ lahir dibawah konstelasi virgo [bintang utama dengan elemen udara dan dibawah pengaruh venus] dan tersisip sifat ular kayu. ................................. aku percaya, aku punya semesta sendiri.
Label
- aksara rasa (27)
- Curhat (1)
- Pramuka (1)
- Tugas Kuliah (48)