Bahan:
Babe, Robert T. Cultural Studies and Political Economy: Toward a New Integration. New York: Rowman and Littlefield. 2009: 97-116
Pada pertemuan 1995 , pertemuan dengan wacana “kajian budaya dalam komunikasi massa” menghasilkan sebuah perdebatan antara kubu ekonomi politik dan kubu kajian budaya. Perdebatan tersebut membahas wacana apakah pendekatan kajian budaya dan pendekatan ekonomi politik dalam kajian media bisa disatukan atau malah akan menjadi berlawanan – kaitannya sebagai kedua pendekatan yang dijadikan pemikiran dasar atas pendekatan kajian media. Melihat asal usul dari kedua pendekatan, keduanya bersifat kritis dan bisa dikatakan berasal dari pemikiran adorno (salah satu dari pendiri dari kedua pendekatan – kajian budaya sekaligus ekonomi politi). Pertemuan yang diprakarsai oleh Grossberg (kubu kajian budaya) dibuka oleh karya tulis Garnham (kubu ekonomi politik) dengan pernyataan awal bahwa pendekatan kajian budaya di era kontemporer (posmoderen) mengarah pada pertukaran menjadi tidak kritis lagi. Pertemuan ini menghasilkan diskusi yang mempertanyakan posisi kedua pendekatan dalam pandangan kontemporer. Adapun isu-isu besar yang diperdebatkan jika pendekatan ekonomi politik dan kajian budaya ingin disatukan antara lain; pemahaman defenisi dan konsep kesadaran palsu, produksi dan konsumsi (penerimaan – kaitannya dengan kajian media), teori struktur dasar dan struktur supra – teori economic determinism, segala tindakan kita berdasarkan pada kepentingan ekonomi, penjelasan tentang ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan kaitannya terhadap kedua pendekatan, konsep kelas dan ontologi tiap pendekatan.
Kesadaran palsu mempunyai dua pemahaman yang berbeda. Yang satu mengatakan bahwa kesadaran palsu adalah gambaran sebuah kondisi dimana kelompok tertekan telah salah membentuk kondisi mereka dengan menerima pandangan yang ditawarkan dari kelompok elit. Yang satu lagi mengatakan bahwa kesadaran palsu adalah pemahaman atau kepercayaan yang menyimpang dari kenyataan yang objektif. Kedua penjelasan tersebut sebenarnya terhubung jika kita pahami secara makna yang terkandung. Akan tetapi hubungan tersebut dapat ditemukan jika kedua pemahaman mempunyai ontologi yang sama.
Wacana kedua menekankan pada produksi dan penerimaan – dalam hal ini pertentangan tantang budaya komersil. Dalam pandangan kontemporer pendekatan kritis selama ini memberikan perhatian lebih kepada bagaimana sebuah budaya komersil bisa dalam masyarakat – jawaban dari pertanyaan tersebut adalah konsep kesadaran palsu – dan kurang perhatian pada bagaiman budaya komersil tersebut dihasilkan. Pandangan ini telah pakem. Akan tetapi Ketidakseimbangan kontemporer ini hanya akan memperkuat posisi kaum kapitalis – elit – secara politik dan menyebabkan masyarakat akan selalu berada dalam posisi konsumen dan bukan penghasil budaya. Wacana sebenarnya telah dibahas oleh Pemikiran Innis tentang konsep massa dan bahwa sebenarnya budaya popular adalah bukti dari kesengsaraan masyarakat terhadap tekanan kaum kapitalis. Pernyataan tersebut adalah bukti bahwa masyarakat juga mampu menghasilkan budaya.
Sebagai pendekatan kritis – berdasarkan pada pemikiran marx – teori struktur dasar dan struktur supra adalah teori umum yang digunakan dengan mengkaji apa yang terjadi pada masyarakat. Pendapar kontemporer tidak mengatakan secara komperhensif bahwa teori ini tidak berlaku atau tidak dapat dipergunakan secara umum. Akan tetapi, ada pemahaman baru bahwa sebenarnya pandangan para pendiri pendekatan ekonomi politik maupun kajian budaya tidak bisa dikatakan melepas pengaruh ekonomi sebagai penentu dalam struktur dasar yang mempengaruhi struktur supra – budaya – tetapi yang sebenarnya terjadi adalah pengaruh ekonomi tidak dihilangkan tapi tingkat pengaruhnya tidak sebesar pada pandangan Marx sendiri sehingga timbul istilah baru dalam teori “struktur dasar dan struktur supra tapi dengan pengaruh ekonomi secara halus”.
Pembahasan tentang apakah kedua pendekatan ini bisa digabungkan atau disatukan juga mengalami perdebatan karena kajian media secara keseluruhan adalah gabungan kajian budaya (kemanusiaan) dengan ekonomi politik (ilmu pengetahuan sosial), namun kenyataan bahwa tiap ahli – para pendiri dan pemikirannya– mempunyai keahlian dan perhatian yang berbeda dalam kedua pendekatan tersebut membuat wacana untuk menyatukan kedua pendekatan ini dalam pendekatan kajian media mengalami hambatan yang mendasar. Apakah menggabungkan kedua pendekatan atau pilih salah satu.
Isu terakhir yang bisa dikatakan sebagai dasar dari kedua pendekatan adalah ontologi keduanya – kesadaran palsu. Menolak kesadaran palsu berarti menolak semua kebenaran yang ada di dunia ini. Kesadaran palsu dalam defenisi umum menjelaskan sesuatu yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang disebut “bukan” kesadaran palsu atau kebenaran. Kebenaran adalah segala sesuatu yang hanya berhubungan dengan hasil interpretasi baik dari individu atau kelompok, kebenaran hanya tidak dapat ditemukan hanya ditemukan tapi hanya dapat diciptakan, dibentuk, dipahami dan disetujui secara komunal dan bersifat sementara. Jika defenisi kebenaran adalah seperti yang disebut sebelum yang merupakan kebalikan dari kesadaran palsu maka kebenaran juga tidak ada yang asli. Jika kebenaran tidak ada yang asli maka tidak ada perbedaan antara kebenaran dan kesadaran palsu. Kebenaran berada dimana-mana dan berbeda-beda tiap tempat tapi tidak ada satupun kebenaran yang lebih tinggi dari kebenaran yang lain. Semua kebenaran sama.
Setelah mengkaji perdebatan terhadap isu-isu besar diatas maka bisa ditentukan dengan jelas bahwa isu menyatukan pendekatan kajian budaya dan ekonomi politik dalam komunikasi massa – kajian media – adalah hal yang sulit untuk dipenuhi. Sebaliknya mencari pendekatan mana yang bisa digunakan dalan komunikasi massa – kajian media – adalah keputusan yang harus ditunda melihat kedua pendekatan ini mempunyai perbedaan, persamaan, kelebihan dan kekurangan masing-masing.
This entry was posted
at 3/24/2011 06:25:00 PM
and is filed under
Tugas Kuliah
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.
Pengikut
penulis
- Ayub Wahyudi
- DKI Jakarta, Jakarta Timur, Indonesia
- saya memiliki prinsip hidup "MASA BODOH". apapun yang saya lakukan, proses yang penuh dedikasi lebih penting daripada hasil tanpa arti. ............................................................ lahir dibawah konstelasi virgo [bintang utama dengan elemen udara dan dibawah pengaruh venus] dan tersisip sifat ular kayu. ................................. aku percaya, aku punya semesta sendiri.
Label
- aksara rasa (27)
- Curhat (1)
- Pramuka (1)
- Tugas Kuliah (48)