REPRESENTASI
PEREMPUAN DALAM MEDIA ISLAMI
(Analisis
wacana pada Surat Kabar Republika)
Oleh:
Ayub
Wahyudi
209000012
Ilmu
Komunikasi
Universitas
Paramadina
2011/2012
Abstrak
Media tidak hanya sekedar menjadi alat ideologisasi pada khalayak
yang digunakan oleh institusi lain. Akan tetapi, media juga mempunyai
ideologi sendiri. Ideologi ini mempengaruhi konten-konten yang
terdapat sebuah media, baik pada media cetak dan elektronik. Salah
satunya adalah media islami. Media islami adalah media yang
menyajikan konten-konten bernuansa islam. Menurut SIUPP, ada 13 media
islami di Indonesia, salah satunya Surat Kabar Republika. Seperti
media lainnya, Republika berperan untuk menghadirkan konten-konten
yang akan disajikan pada khalayak, termasuk konten tentang perempuan.
Representasi adalah kemampuan media sebagai pemilik ideologi. Konten
tentang Perempuan dapat di representasi kan oleh media manapun,
termasuk Republika. Untuk dapat melihat representasi yang dilakukan
oleh republika, kita akan melakukan Analisis wacana. Analisis ini
digunakan untuk melihat apakah Surat Kabar Republika melakukan
representasi terhadap perempuan dalam ideologi islam atau malah
menghadirkan representasi perempuan dalam konteks komersil yang
berbeda dari ideologi islam dan nama media islami hanya sebuah nama.
Kata kunci: ideologi media, ideologi islam, media islami, Surat
Kabar Republika, Representasi Perempuan, Analisis Wacana.
PENDAHULUAN
Wacana
tentang ketidaksetaraan gender merupakan hal yang baru dan masih
hangat untuk diperbincangkan. Wacana ini membahas tentang bagaimana
sebuah ketidaksetaraan gender dapat terjadi. Secara umum gender dapat
diartikan sebagai peran yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki
dalam masyarakatnya. Misalnya, dalam masyarakat umum di Indonesia.
Laki-laki selalu dikaitkan dengan peran pencari nafkah diluar rumah
sedangkan Perempuan selalu dikaitkan dengan peran domestik, seperti
menjaga rumah dan merawat anak. Kedua perbedaan diatas terjadi karena
konstruksi sosial pada masyarakat umum Indonesia itu sendiri, hal
tersebut sering dianggap tidak adil karena menghambat kaum wanita.
Konstruksi ini dianggap mengurung wanita dan mengambil kebebasannya.
Konstruksi ini terbentuk, tidak hanya oleh masyarakat itu sendiri
tetapi media massa juga berperan dalam terbentuknya wacana ini.
Sejarah
media adalah sejarah pesan dalam kurun waktu dan ruang tertentu.
Menurut McLuhan, medium is the message (media adalah pesan).
Jika media adalah pesan itu sendiri maka semua isi pesan dari
media tersebut akan sama dengan sifat dari media itu sendiri. Semua
informasi akan sebuah realitas yang ada akan sama dengan bagaimana
media itu melihat dan menciptakan realitas. Dengan kata lain ideologi
sebuah media akan berpengaruh kepada konten-konten yang
disampaikannya kepada khalayak. Dengan demikian khalayak akan melihat
realitas yang sesuai dengan realitas media itu sendiri.
SURAT
KABAR HARIAN REPUBLIKA: MEDIA ISLAM
Media
massa terdiri dari cetak dan elektronik. Dalam bentuk cetak, kita
dapat melihat jenis-jenis media massa; buku, surat kabar, majalah,
poster dan lain-lain. Diantara media cetak tersebut, Surat kabar
merupakan salah satu media penyampai pesan yang mempunyai daya
jangkau luas dan massa (Kasali, 1992). Hal ini membuat surat kabar
menjadi media untuk menyampaikan sebuah ideologi denganh efektif,
baik ideologi media itu sendiri ataupun ideologi institusi lain yang
menggunakan surat kabar sebagai penyebar ideologi.
Surat
kabar sebagai sebuah institusi mempunyai ideologi. Masing-masing
surat kabar mempunyai ideologinya masing-masing. Ideologi ini
mempengaruhi konten-konten yang akan disampaikan ke khalayak. Dalam
konteks nasional, dari sekitar 275 pemilik SIUPP di Indonesia, hanya
ada 13 SIUPP yang mengatasnamakan dirinya sebagai media islam, salah
satunya adalah Republika1.
Republika adalah koran
nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas muslim
bagi publik di Indonesia.
Penerbitan tersebut merupakan puncak dari upaya panjang kalangan umat
Islam,
khususnya para wartawan
profesional muda yang dipimpin oleh ex wartawan Tempo,
Zaim
Uchrowi yang telah menempuh berbagai langkah.
Kehadiran Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang saat itu
diketuai BJ
Habibie dapat menembus pembatasan ketat pemerintah
untuk izin penerbitan saat itu memungkinkan upaya-upaya tersebut
berbuah. Republika terbit perdana pada 4
Januari 1993.
PT Abdi Bangsa selanjutnya menjadi perusahaan
induk, dan Republika berada di bawah bendera PT
Republika Media Mandiri, salah satu anak perusahaan PT Abdi Bangsa.
Di bawah bendera Mahaka Media, kelompok ini juga menerbitkan Majalah
Golf Digest Indonesia, Majalah
Parents Indonesia, stasiun radio
Jak FM, radio
Gen FM, Delta
FM, FeMale
Radio, Prambors,
Jak
tv, dan Alif
TV. Walau berganti kepemilikan, Republika tak
mengalami perubahan visi maupun misi2.
Visi dan Misi surat kabar Republika3:
- Visi
Menjadikan Republika sebagai koran umat yang terpercaya dan mengedepankan nilai-nilai universal yang sejuk, toleran, damai, cerdas, dan profesional, namun mempunyai prinsip dalam keterlibatannya menjaga persatuan Bangsa dan kepentingan umat Islam yang berdasarkan Rahmatan Lil Alamin. - Misi
- Menciptakan dan menghidupkan sistem manajemen yang efisien dan efektif, serta mampu dipertanggungjawabkan secara profesional.
- Meningkatkan budaya kerja yang sehat dan transparan.
- Meningkatkan kinerja dengan menciptakan sistem manajemen yang kondusif dan profesional.
- Meningkatkan penjualan iklan dan koran, sementara menekan biaya operasional.
- Memprioritaskan pengembangan pemasaran Republika di jabodetabek, tanpa harus mematikan di daerah yang sudah ada.
- Merajut tali persaudaraan dengan organisasi-organisasi Islam di Indonesia.
- Bekerja sama dengan mitra usaha di dalam pengembangan pasar Republika di luar pulau jawa.
- Mengamati peluang pengembangan ”KORAN KOMUNITAS”Menjadikan PT.
- Republika Media Mandiri sebagai ”sister company” yang sehat
Namun
harus diakui, ada perbedaan gaya dibandingkan dengan sebelumnya.
Sentuhan bisnis dan independensi Republika menjadi lebih kuat. Karena
itu, secara bisnis, koran ini terus berkembang. Republika menjadi
makin profesional dan matang sebagai koran nasional untuk khalayak,
khususnya komunitas muslim4.
REPRESENTASI
PEREMPUAN DALAM REPUBLIKA: IDEOLOGI ISLAM V.S IDEOLOGI MEDIA
Sebagai
salah satu media islam. Republika memang selayaknya menyajikan
konten-konten dengan wacana islami, meskipun dalam perkembangannya
koran ini mulai menyajikan hal yang berbeda. Harapan terbesar adalah
media ini mampu menyampaikan ideologi islam yang mereka usung agar
islam lebih menjadi sekedar agama yang rigid dan ekslusif tapi tetap
terjaga agar tidak menyimpang menuju pengaruh ideologi media yang
saat ini cenderung kapitalis.
Ideologi
dapat dihubungkan dengan konsep pandangan terhadap dunia, sistem
kepercayaan dan nilai-nilai. Ideologi menjadi dasar dari semua
tindakan. Perbedaan ideologi islam dan media terletak dari dasar
muculnya ideologi tersebut. Ideologi islam berasal dari Al-Qur'an dan
Hadis sedangkan ideologi media berasal dari pemilik media tersebut
dan kepentingannya.
Pamela
J. Shoemaker dan Stephen D. Reese (1996), dalam Mediating The
Message: Theories of Influences on Mass Media Content, menyusun
berbagai faktor yang mempengaruhi konten media5.
Konten Media dipengaruhi oleh lima tataran;
- Faktor individual.
- Rutinitas media,
- Organisasi.
- Ekstra media.
- Ideologi,
Raymond William mengklasifikasikan
penggunaan ideologi tersebut dalam tiga ranah6.
- Sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki oleh kelompok atau kelas tertentu.
- Sebuah sistem kepercayaan yang dibuat –ide palsu atau kesadaran palsu- yang biasa dilawankan dengan pengetahuan ilmiah.
- Proses umum produksi makna dan ide.
Ideologi
dapat dihubungkan dengan konsep pandangan terhadap dunia, sistem
kepercayaan dan nilai-nilai. Ideologi menjadi dasar dari semua
tindakan. Perbedaan ideologi islam dan media terletak dari dasar
muculnya ideologi tersebut. Ideologi islam berasal dari Al-Qur'an dan
Hadis sedangkan ideologi media berasal dari pemilik media tersebut
dan kepentingannya. Dengan demikian ideologi Islam dan ideologi media
akan berbeda dalam menyampaikan sebuah relaitas, salah satunya adalah
tentang perempuan.
Republika
menjadi sebuah media islam yang seharusnya menampilkan konten-konten
tentang perempuan dalam tataran ideologi islam. Baik secara defenisi,
peran sosial ataupun gaya hidup. Informasi tersebut sangatlah penting
bagi khalayak, khususnya umat muslim. Dengan demikian umat muslim,
khususnya wanita atau bahkan khalayak umum bisa lebih memahami
perempuan dalam islam. Akan tetapi, ketika mengkaji lebih jauh lagi
hal ini tersebut tidak terjadi secara efektif. Yang terjadi adalah
Republika melakukan representasi perempuan dalam tatanan
ideologi media. Hal dapat kita analisa dengan pendekatan analisis
wacana terhadap republika.
ANALISIS
WACANA: PEREMPUAN REPUBLIKA
Analisis
wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi. Lebih
tepatnya lagi, analisis wacana adalah telaah mengenai aneka fungsi
(pragmatik) bahasa. Analisis wacana adalah salah satu alternatif
analisis isi yang lebih menekankan pada pertanyaan how (bagaimana)
pesan itu disampaikan7.
Dalam melihat representasi perempuan dalam Republika sebagai
media islam, pesan atau informasi tentang perempuan disampaikan
dengan harapan bahwa konten-konten tersebut mengikuti ideologi islam.
Stuart Hall dalam buku Representation: Cultural Representation and
Signifying Practice
mengemukakan adanya dua sistem representasi. Pertama, mental
representation, yaitu “meaning depens
on
the system of concept and images formedin our thoughts which can
stand for or ‘represent’ the world, enabling us to refer to
things both inside and outside our heads”. Kedua, makna yang
bergantung pada konstruksi
sebuah set korespondensi antara peta konseptual kita, dan sebuah set
tanda, bahasa, yang
merepresentasikan
konsep-konsep tersebut. Junaidi dalam tulisan The Body Shop:
Representation and
Identities,
mengatakan proses yang menghubungkan ‘things, concept dan sign’
tersebut diberi nama
representation8.
Representasi, pada media massa, biasanya merupakan konsep yang berada
pada ranah penggunaan ideologi—bahwa ideologi adalah sebuah sistem
kepercayaan palsu-ide palsu atau kesadaran palsu. Akan tetapi pada
konteks media islam, ideologi berada pada ranah penggunaan sebagai
sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki oleh kelompok atau kelas
tertentu, yang kemudian disebarkan kepada khalayak lewat media.
Representasi perempuan yang dihadirkan oleh media massa sering
terkait pada citra seorang perempuan. Tamrin Amalgola mengkategorikan
citra perempuan pada iklan di media massa sebagai berikut9:
- Citra Pigura: Perempuan sebagai sosok yang sempurna dengan bentuk tubuh ideal
- Citra Pilar: Perempuan sebagai penyangga keutuhan dan penata rumah tangga
- Citra Peraduan: Perempuan sebagai objek seksual
- Citra Pinggan: Perempuan sebagai sosok yang identik dengan dunia dapur
- Citra pergaulan: perempuan sebagai sosok yang kurang percaya diri dalam pergaulan.
Citra
perempuan diatas dapat mewakili bagaimana media massa
merepresentasikan perempuan sebagai sebuah konstruksi realitas pada
tatanan ideologi media. Berbeda dengan Republika. Sebagai
media islam maka ideologi islam yang mereka usung menjadikan mereka
unik. Republika menjadi sumber informasi alternatif bagi
khalyak, khususnya umat muslim. Akan tetapi, sebuah pertanyaan
muncul, apakah Republika dapat menjadi alternatif bagi
perempuan. Khususnya representasi terhadap perempuan itu sendiri.
Analisi
wacana yang dapat kita gunakan adalah kerangka analisis wacana yang
dikembangkan oleh van Dijk10.
Dia melihat bahwa wacana terdiri dari tingkatan-tingkatan, yaitu:
- Struktur makro; melihat topik yang diangkat dalam sebuah wacana, baik dari segi sisi atau pun isi.
- Superstruktur; melihat kerangka wacana, bagaimana sebuah teks disusun.
- Struktur mikro; melihat wacana dengan menganalisa setiap kata, frasa, kalimat hingga paragrap.
Dari
setiap tingkatan-tingkatan ini, terbentuk enam elemen wacana yang
digunakan untuk menganalisa wacana, yaitu:
- tematik; melihat inti dari sebuah wacana.
- skematik; bagaimana susunan sebuah wacana dibuat.
- semantik; melihat makna yang terkandung dalam sebuah wacana.
- sintaksis; melihat bagimana kata-kata pada wacana disusun.
- stilistik; melihat gaya bahasa sebuah wacana.
- retoris; melihat gaya penyampaian sebuah wacana.
Dari
beberapa elemen tersebut kita hanya akan menggunakan dua elemen
penting dalam melakukan analisa terhadap representasi perempuan pada
Republika; yaitu elemen Tematik dan skematik.
- Tematik
kata
tematik diambil dari kata tema. Tema sendiri sering disamakan dengan
topik. Elemen ini selalu akan melihat apa tema atau topik dari sebuah
wacana. Elemen digunakan untuk melihat apakah Republika mempunyai
topik tentang perempuan dalam konten-kontennya dan seberapa banyak
topik tersebut dimunculkan
- Skematik
kalo
tema atau topik merujuk pada makna umum sebuah wacana maka skematik
lebih menekankan pada bentuk umum sebuah teks. Skema sebuah dapat
memberikan gambaran tentang bagaimana representasi perempuan
ditempatkan dalam Republika.
Kedua
elemen ini akan menunjukkan representasi perempuan dalam Republika.
Republika
adalah media cetak islam yang terbit setiap hari dengan 28
halaman. Jumlah Oplah berkisar pada angka 60.000. Angka ini tergolong
kecil untuk hitungan nasional bagi sebuah media cetak tapi cukup
berhasil bagi hitungan sesama media islam. Republika terdari
rubrik-rubrik berita yang bervariatif, yaitu:
- Halaman depan
- Berita Nasional
- Opini
- Didaktika
- Berita Utama
- Berita Internasional
- Zakat
- ProKontra
- Publik
- Republika
- Ekonomi
- Industri
- Syariah
- Class_Ad
- Sepak Bola
- Arena
- Kabar Jabodetabek
- Teraju
- Bincang Bisnis
- Gen:i
- Keuangan.
Melihat
jumlah dan jenis rubrik, Republika telah berupaya untuk
memasukkan semua informasi sesuai dengan kebutuhan khalayak. Akan
tetapi, dalam elemen tematik, tidak ada rubrik khusus untuk
perempuan. Hal ini menandakan bahwa representasi perempuan dalam
Republika kurang diwadahi. Keberadaan Rubrik Wanita hanya
diwadahi pada media online saja. Secara skematik, hal ini merupakan
ntindakan yang mempunyai nilai kurang dan lebih. Kelebihannya dari
sifat online aadalah untuk menutupi kekurangan oplah. Akan tetapi,
kekurangannya lebih bersifat merugikan terhadap representasi
perempuan. Rubrik wanita hanya ada di media online sehingga mereka
yang membaca adalah mereka yang punya akses terhadap internet padahal
tidak semua pembaca Republika khususnya muslim mempunyai akses
yang sama. Analisa wacana sederhana ini menunjukkan bahwa ternyata
Republika tidak melakukan representasi terhadap perempuan
dalam pemahaman ideologi islam. Bahkan tidak sedikitpun dari
konten-konten mereka merepresentasikan perempuan.
KESIMPULAN
Representasi
perempuan dalam media adalah langkah untuk membentuk ideologi tentang
media itu sendiri, baik sebagai sebuah sistem kepercayaan yang telah
ada ataupun sebuah bentuk kesadaran palsu. Republika sebagai
media islam, memiliki konten-konten yang merupakan sebuah alternatif
bagi khalayak, khususnya Khalayak muslim. Konten-konten mereka memang
sangat mengandung ideologi islam—ideologi islam sebagai sebuah
sistem kepercayaan yang telah ada. Akan tetapi, Republika
melupakan sebuah wacana yang sangat penting, yaitu perempuan.
Dalam rubrik mereka, wacana tentang perempuan tidak terlalu mendapat
prioritas. Sehingga representasi perempuan secara islami tidak
mendapatan tempat.
Sebagai
media islam, Republika selayaknya menjadi sebuah media
alternatif bagi semua khalayak, khususnya muslim. Kata semua berarti
semua kalangan, baik laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi,
Republika menunjukkan sebuah tindakan yang seharusnya
terlarang bagi sebuah media alternatif; yaitu mengikuti jalur
mainstream. Mengabaikan wacana tentang perempuan berarti mengikuti
ideologi media masinstream. Padahal, Republika mempunyai
kesem[atan menjadi media alternatif yang menjalankan berbagai fungsi
media, salah satunya media pendidikan atau sosialisasi. Dengan
demikian khalayak perempuan muslim dan khalayak perempuan secara umum
akan menadapatkan pengetahuan. Bagi perempuan muslim, pengetahuan
tentang dunia diluar Islam. Bagi perempuan umumnya, pengatahuan
tentang Islam itu sendiri, khususnya tentang perempuan muslim.
DAFTAR
PUSATAKA
- Eriyanto (2009). Analisis Wacana: Pengantar Teks Media. Yogyakarta: LkiS.
- http://harmono55.blogspot.com/, 2 Januari 2012
- http://id.wikipedia.org/wiki/Republika_%28surat_kabar%29, 2 Januari 2012
- http://id.wikipedia.org/wiki/Republika_%28surat_kabar%29, 2 Januari 2012
- Ibrahim, Idi Subandy dan Malik, Dedy Djamaluddin (Ed.) (1997). Hegemoni Budaya. Yogyakarta: Bentang Budaya.
- Shoemaker, Pamela J. dan Reese, Stephen D. (1996). Mediating The Message: Theories of Influences on Mass Media Content . New York: Longman.
- Sobur, Alex (2009). Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik Dan Analisis Framing. Bandung: Rosda.
- Tanesia, Ade “representasi Perempuan Dalam Media”, Kombinasi.
- Wiratmo, Liliek Budiastuti dan Gifari, Mochamad. “Representasi Perempuan Dalam Majalah Wanita”, Yin Yang, No. 1/III, Januari-Juni 2008.
1
Lih. Dedy Djamaluddin Malik, “Media Islam: Media Pinggiran,”
dalam Idi Subandy Ibrahim dan Dedy Djamaluddin Malik (Ed.), Hegemoni
Budaya (Yogyakarta: Bentang Budaya, 1997), hlm. 46
5Pamela
J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating
The Message: Theories of Influences on Mass Media Content (New
York: Longman, 1996).
6Lih.
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media (Yogyakarta:
LkiS, 2009), hlm. 104
7Lih.
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik Dan Analisis Framing (bandung: Rosda,
2009), Hlm. 68-72
8Lih.
Liliek Budiastuti Wiratmo dan Mochamad Gifari, “Representasi
Perempuan Dalam Majalah Wanita
”, Yin Yang,
No. 1/III, Januari-Juni 2008.
9Lih.
Ade Tanesia, “representasi Perempuan Dalam Media”, Kombinasi,
Hlm. 2
10Lih.
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik Dan Analisis Framing (bandung: Rosda,
2009), Hlm. 73-84
download di:
http://www.scribd.com/doc/92053943?secret_password=6xwx6qamzy6opidocom
This entry was posted
at 5/02/2012 02:33:00 PM
and is filed under
Tugas Kuliah
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.