RUJAK
VERSUS SALAD1
(Analisis
Bahasa Derrida)
Ayub
Wahyudi/2090000122
Abstrak
Makna
ternyata hal yang menjadi wacana ketika berbicara tentang bagaimana
sebuah kata bisa menggambarkan sebuah fenomena. Makna melekat dimana
saja; kata, kalimat, hingga pada konsep. Bahkan pada konteks dunia
kuliner atau dunia makanan makna dapat ditemukan akan tetapi dalam
pemahaman tidak hanya sekedar mendapat makna terhadap kata yang
diberikan pada sebuah makanan. Hal sama terjadi rujak dan salad. Akan
tetapi makna ini melekat pada sebuah makanan karena tujuan bisnis.
Fenomena ini menjadi sangat unik ketika bersentuhan pada dua buah
makanan yang mempunyai karakteristik sama tetapi ternyata menjadi
unik. Derrida yang memperkenalkan filsafat bahasa Diiference, selalu
mnekan pada bagaimana bahwa sebenarnya sebuah makna pada sebuah kata
tidak hanya memiliki satu makna tapi tergantung banyaknya
interpretasi terhadap kata tersebut. Dengan demikian kita harus
menunda makna kata kata rujak buah dan salad buah.
Kata
kunci: Rujak, Salad, Makna, Derrida, Difference.
Pendahuluan
Indonesia memiliki
berbagai macam seni dan budaya. Dari Sabang sampai Merauke. Hal
tersebut memberikan keanekaragaman pada berbagai wiliyah yang berbeda
dan pada instrumen atau hasil budaya itu sendiri. Salah satu hasil
budaya tersebut adalah kuliner atau makanan. Akan tetapi globalisasi
menghasilkan persaingan yang ternyata sangat ketat karena bukan hanya
bertambahnya daftar makanan dalam Indonesia tapi juga persaingan
kompetitif. Wacana makanan sehat dan pola diet yang terus digaungkan
demi kesehatan membuat kuliner Indonesia sedikit demi sedikit
bergeser. Hal ini dapat kita lihat pada dua aspek:
- Kuliner Indonesia, sejak dulu, adalah jenis kuliner yang mengenyangkan dan selalu di hidangkan dengan segala kesederhanaan dan memanfaatkan semua yang ada disekitar. Hal tersebut menyebabkan kuliner kita tidak memiliki hitungan tentang apa yang disebut sehat oleh para ahli kesehatan gizi.
- Kuliner modern yang datang dari dunia “barat” dalam artia bahwa berasal dari nilai kapitalisasi yang mampu menciptakan ekslusivitas terhadap kuliner tertentu menjadikan lebih prestis daripada kuliner Indonesia. Hal ini disebabkan karena budaya kita memang tidak terlalu mendewakan makanan. Makanan hanya dianggap sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan primer dalam mengenyangkan perut sehingga tidak ada hal yang ekslusiv didalam makanan tersebut.
Hal
ini terjadi pada salah satu makanan unik kita yang harus bersaing
dengan makanan modern, yaitu rujak dan salad. Kedua makanan ini
mempunyai karakteristik yang sama, yaitu cara pembuatan dan asal usul
bahan. Kedua kuliner ini menggunakan bahan mentah vegetariat yang
disajikan tanpa harus dimasak terlebih dahulu lalu dihadirkan bersama
kuah tertentu. Akan tetapi enrah kenapa rujak seakan terkikis oleh
salad. Padahal rujak adalah makanan sehat juga. Jika kita menanyakan
keberadaan rujak dan salad maka yang hadie adalah rujak berada pada
kelas menengah bawah dan salad ada pada tatanan dunia kelas menengah
keatas. Maka dari itu, penulis ingin mencoba melihat makna apa yang
belum hadir pada rujak dan salad sehingga terjadi hal ini. Dimana
lagi-lagi budaya kita dari segi makanan tergeserkan secara makna.
Rujak
dan Salad
- Rujak3
Negeri kita yang tropis ini memang terkenal dengan buah-buahan yang
beraneka ragam. Tercatat dalam prasasti dan kakawin kuno, aneka
buah-buahan seperti mangga (Mangifera indica), jambu bol
(Anacardium occidentale), salak (Zallaca edulis),
nangka (Artocarpus integer), rambutan (Nephelium
lappaceum), manggis (Garcinia mangostana), wuni
(Antidesma bunius), langsat (Lansium domesticum),
jamblang (Syzyqium cumini), jeruk (citrus), durian
(Durio zitbethinus), pisang ( Musa),
kecapi (Sandoricum koecape) begitu melimpah. Komoditas ini
pula yang kerap dijumpai di pasar-pasar desa.
Melimpahnya buah-buahan ini pernah dijadikan kambing hitam oleh Jacob
de Bondt alias Bontius, dokter VOC yang juga dokter pribadi J.P.Coen.
Sebab banyak pelaut Eropa pada saat mampir ke Nusantara menjadi sakit
karena mereka terlalu berlebihan menikmati aneka buah-buahan itu dan
nyaris rakus. Walaupun sebenarnya itu kesalahan mereka sendiri karena
setelah berbulan-bulan di atas kapal dan kekurangan vitamin, terutama
vitamin C, perut mereka diisi dengan bermacam-macam buah-buahan yang
belum pernah mereka lihat sebelumnya.
Sementara itu dalam laporan penjelajah William Dampier pada 1697
menyebutkan kelapa (Cocos nucifera) dan pepaya (Carica
papaya) merupakan buah-buahan utama, sedangkan durian, mangga,
manggis, jeruk besar /jeruk Bali (Citrus maxima), rambutan
dan berbagai buah-buahan lainnya silih berganti sepanjang tahun.
Bahkan mangga yang masih mengkal pun dijadikan teman makan nasi
setelah dibuat asinan. Sejak dibawanya pepaya (Carica papaya)
dan nenas (Ananas comusus) dari benua Amerika di penghujung
abad 17 ke Asia Tenggara, buah-buahan ini berkembang dengan pesat dan
dianggap buah-buahan eksotis oleh para turis yang datang kesini.
Buah-buahan yang sudah masak biasanya dinikmati sebagai pencuci mulut
setelah menikmati hidangan utama atau dimakan begitu saja. Sedangkan
buah-buahan yang masih mengkal biasanya dibuat manisan, asinan dan
rujak. Walaupun terkadang buah-buahan yang sudah masak digunakan juga
untuk rujak.
Rujak merupakan jajanan yang sangat populer di Indonesia dan
Malaysia. Hampir di setiap sudut dapat kita temui penjual rujak
dengan gerobak berkacanya. Biasanya untuk penjual rujak keliling ini,
bumbu rujaknya telah mereka persiapkan dan ditempatkan di toples kaca
sehingga tidak perlu diolah lagi. Supaya buah-buahannya tetap segar
dan dingin, bongkahan kecil es batu diletakkan di antara buah-buahan
itu. Ada pula penjual rujak yang mangkal di kios atau warung.
Bumbu rujak itu sendiri terdiri dari ; cabe merah (lombok), cabe
rawit, gula jawa, terasi, asam jawa, garam, terkadang ditambahkan
kacang tanah yang telah dihaluskan.
Buah-buahan yang biasa digunakan antara lain; mentimun (Cucumis sativus), nanas (Ananas comusus), bengkuang (Pachyrrhizus erosus), mangga muda (Mangifera indica), kedondong (Spondias dulcis), jeruk Bali (Citrus maxima), jambu air (Eugenia aquea), pepaya muda (Carica papaya), ada pula yang ditambahkan semangka (Citrullus vulgaris) dan melon (Cucumis melon).
Buah-buahan yang biasa digunakan antara lain; mentimun (Cucumis sativus), nanas (Ananas comusus), bengkuang (Pachyrrhizus erosus), mangga muda (Mangifera indica), kedondong (Spondias dulcis), jeruk Bali (Citrus maxima), jambu air (Eugenia aquea), pepaya muda (Carica papaya), ada pula yang ditambahkan semangka (Citrullus vulgaris) dan melon (Cucumis melon).
Penggerutu atau pengkritik nomor wahid dari Belanda pada awal abad
20, Bas Veth yang membenci Hindia Belanda dan menganggapnya hampir
sebagai penyakit, menggambarkan rujak sebagai bentuk yang sama sekali
tidak lebih baik dari ‘ambrosia’, dewa makanan. Ia menuliskan
kesannya mengenai rujak dalam bukunya Het Leven in
Nederlandsch Indië yang dalam waktu singkat menjadi best
seller. Veth menceritakan tentang pengalaman para penumpang sebuah
kapal yang melakukan perjalanan panjangnya dari Belanda ke Hindia
Belanda pada tahun 1900:
“Pagi hari: para penumpang Indo berharap dapat menikmati aneka masakan dengan harga yang murah. Harga khusus kaum Indo. Tentu saja di warung-warung. ‘Barangkali nanti dapat roedjak ya,’, ujar salah seorang dari mereka. Roedjak yang disiapkan dengan jambu atau mangga mengkal. Rasanya cukup asam hingga membuat perut orang Eropa sakit dan nanti di dek kapal mereka akan bergulingan kesakitan seperti kera. Barangkali dapat roedjak kata mereka sambil menahan air liur dan seolah mendesis kepedasan”
- Salad
Salad (Lactuca
sativa) merupakan dalam keluarga Daisi
Asteraceae.
Salad selalunya tumbuh sebagai sayur
sayuran berdaun. Di
kebanyakan negara, salad dimakan sejuk dan mentah di dalam hidangan
salad,
hamburger,
taco,
lain lain hidangan. Di beberapa tempat, seperti di China,
salad selalunya dimakan dengan memasak dan pentingnya batang pada
sayuran sama seperti pentingnya daun. Nama Inggeris dan nama Latin
bagi genusnya asalnya diambil daripada perkataan lac,
perkataan Latin untuk "susu",
merujuk kepada jus tumbuhan tersebut yang "bersusu". Salah
dijelaskan sejak berabad yang lalu sebagai sejenis tumbuhan penyejuk
yang seimbang kepada bahan-bahan lain yang dicampurkan dalam salad.
Daun salad bukan sahaja digunakan untuk menghiaskan
makanan, malahan juga enak dimakan begitu sahaja.Peranan daun salad
bukan sahaja berhenti begitu sahaja kerana daun ini juga mempunyai
kepentingan dari segi perubatan. Daun salad atau nama sainsnya
Lactuca sativa, merupakan penawar kepada masalah insomia atau
gangguan tidur. Tumbuhan ini kaya dengan zat
besi,
kalsium,fosforus,
sodium,
potasium,
vitamin
A dan C, mangnasium
dan zink
itu mengandungi sejenis kompaun yang dikenali sebagai lactucarium
yang bertindak sebagai sedatif.
Daun salad ini juga bertindak menenangkan dan
melapangkan fikiran, sekali gus menghilangkan segala keresahan yang
melanda.Daun ini juga mengandungi karotin, seraf dan air yang dapat
menghilangkan rasa dahaga dan juga bertindak melancarkan sistem
pernafasan.4
"Salad, a term derived from the Latin sal (salt), which
yielded the form salata, 'salted things' such as the raw vegetables
eaen in classical times with a dressing of oil, vinegar or salt. The
word turns up in Old French as salade and then in late 14th century
English as salad or sallet."5
Salad, istilah yang berasal dari sal Latin (garam), yang menghasilkan
bentuk salata, 'asin hal-hal' seperti sayuran mentah eaen di zaman
klasik dengan saus minyak, cuka atau garam. Kata muncul di Old
Perancis sebagai salade dan kemudian di akhir abad ke-14 bahasa
Inggris sebagai salad atau sallet. "
` Secara etimologis, bahan utama salad, dan alasan untuk yang
mendapatkan namanya, adalah saus. Bangsa Roma adalah pemakan antusias
dari salad, banyak dari mereka yang berbeda tidak sama sekali dari
hari yang sekarang - pilihan sederhana sayuran mentah - dan mereka
selalu menggunakan saus dari beberapa macam:, cuka minyak, dan sering
air garam. Dan maka nama salad, yang berasal dari bahasa Latin Vulgar
salata Herba, harfiah 'ramuan asin'.
Derrida dan difference
Jacques Derrida lahir di Aljazair
pada tangggal 15 Juli 1930. Pada tahun 1949
ia berpindah ke Perancis,
di mana ia tinggal sampai akhir hayatnya. Ia mengajar di École
Normale Supérieure di Paris.
Orang tuanya yang bernama Aimé Derrida dan Georgette Sultana Esther
Safar, menikah pada tahun 1923
dan pindah ke St.Agustinus
di Aljazair
pada tahun 1925.
Pada tahun yang sama Rene Derrida (anak Aimé dan Georgette) lahir
dan empat tahun kemudian Paul Derrida (adik Rene) lahir. Namun tiga
bulan kemudian Paul meninggal. Pada tahun 1930
Jackie Derrida lahir. Di kemudian hari ia menyebut dirinya
"Jacques".Sepanjang hidupnya ia curiga bahwa ia hanya
menjadi pengganti atau pelengkap ketiadaan Paul, kakaknya. Derrida
adalah seorang keturunan Yahudi.
Ia pernah mendapat gelar doctor honoris
causa di Universitas
Cambridge. Pada
tanggal 9 Oktober 2004, ia meninggal dunia di usia 74 tahun karena
penyakit kanker.
6
Derrida menunjukkan kelemahan dari ucapan untuk
mengungungkapkan makna dengan menggunakan kata différance.
Differance berasal dari kata difference
yang mencakup tiga pengertian, yaitu:[4]
- to differ-- untuk membedakan, atau tidak sama sifat dasarnya;
- differe (Latin)-- untuk menyebarkan, mengedarkan;
- to defer-- untuk menunda.
Dalam pengucapannya tidak terdengar perbedaan
tetapi perbedaan pemakaian huruf ‘a’ untuk mengganti huruf ‘e’
hanya terlihat dalam tulisan. Ini dilakukan Derrida untuk menunjukkan
peleburan makna dari tiga pengertian dalam kata difference
yang tidak dapat dilakukan oleh logosentrisme
dan fonosentrisme.
Melalui tulisan terjadi otonomisasi teks. Dekonstruksi adalah suatu
peristiwa yang tidak menunggu pertimbangan, kesadaran, atau
organisasi dari suatu subjek, atau bahkan modernitas. Menurut Derrida
bahasa bersumber pada teks atau “Tulisan”. Tulisan adalah bahasa
yang maksimal karena tulisan tidak hanya terdapat dalam pikiran
manusia, tetapi konkret di atas halaman. Tulisan memenuhi dirinya
sendiri karena Tulisan terlepas dari penulisnya begitu ia berada di
ruang halaman. Ketika dibaca, Tulisan langsung terbuka untuk dipahami
oleh pembacanya. 7
Analisa
apa yang telah
terpapar tentang rujak diambil dari refernsi yang secara ilmiah
mungkin tidak dapat dipertanggung jawabkan akan tetapi hal
tersebut merupakan pola pikir terhadap kata rujak dan salad yang
memang mengacu pada sebuah bentuk kuliner yang berbeda akan tetapi
mempunyai karakteristik yang sama. Kita lihat bagaimana makna kata
rujak sebagai makanan di interpretasikan.
- Rujak berasal dari buah-buahan yang berasal dari daerah tropis yang membuat kita sakit perut.
- Rujak merupakan jajanan pinggir jalan yang dijual dalam gerobak ataupun warung.
- Rujak harganya sangat murah
- Rujak tidak cocok untuk perut orang eropa yang berkelas
Kemudian mari kita lihat interpretasi salad. Salad dengan penjelasan
hiperbola yang seakan memberikan posisi lebih baik, yaitu, Salad itu
sehat karena berasal dari sayuran hijau atau buah-buahan segar. Kita
lihat secara kasat mata salad tidak pernah dijual di pinggir jalan
dalam gerobak atau warung karena salad hanya ada pada tempat makan
yang mempunyai prestise tersendiri dan itu dijual dengan harga yang
cukup mahal dibanding rujak itu sendiri.
Telah kita lihat bahwa telah terjadi penundaan makna yang
sebenarnya. Jika kita pahami secara lebih mendalam. Pertama, kedua
makanan tersebut mempunyai karateristik yang sama dalam bahan dan
pembuatannya. Kedua, kedua makanan tersebut tidak mempunyai kelebihan
dan kekurangan yang saling menyerang. Akan tetapi kenapa rujak
seakan-akan menjadi makan untuk kelas proletar dan salad menjadi
makanan kelas borjuis. Hal ini ternyata disebabkan oleh adanya
ideologi kapitalisasi tentang bagaiamana sebuah produk bisa
menguntungkan bagi pemilik modal.
Pada awalnya salad menjadi sebuah makanan yang tidak layak makan
karena ketidakberaturan bentuknya tetapi hal itu kemudian dapat
diterima. Masyarakat kita telah menikmati kesadaran palsu akan
keberadaan salad ketimbang menyadari bahwa salad tidak berbeda dari
rujak. belumlagio wacana standar hidup sehat dan pola diet ketat yang
jelas-jelas dibawa oleh ideologi kapitalis. Dengan dalil bahwa mari
kita makan makanan yang sehat dengan pola yang tepat agar kita sehat
dan makanan sehat itu adalah yang berwarna hijau. Padahal rujak juga
adalah makanan sehat yang terdiri dari buah-buah tropis yang juga
kaya vitamin dan mineral. Mengenai masalah yang berasal dari bahan
mentah. Rujak dan salad tidak jauh berbeda hanya saja kombinasi salad
dapat terdiri dari sayur dan buah dan rujak hanya dapat dibuat dari
buah saja.
Rujak dianggap membuat sakit perut dan tidak cocok dilidah
orang-orang eropa bahkan terkadang terlalu pedas. Akan tetapi alasan
ini tidak dapat diterima. Pertama, makanan sejenis salad telah berada
di Indonesia jauh sebelum salad masuk. Orang jawa telah mengenal
lalapan yang memang terdiri dari sayur-sayur segar. Kedua,
untuk masalah sakit perut sangatlah tidak bisa diterima, tidak semua
eropa sakit perut karena makan rujak, bahkan yang pedas sekalipun
atau tidak semua orang Indonesia juga dapat makan salad karena hal
ini hanya masalah kebiasaan. Hal ini yang membuat makna dari rujak
dan salad tertunda.
Ketertundaan ini menjadi beralasan karena kaum kapitalis, bahkan yang
berada di Indonesia sendiri, ingin mengeruk keuntungan dengan
memanfaatkan wacana kapitalisme tentang standar hidup sehat. Padahal
jika rujakl dapat mendapatkan makna sebagaimana salad maka akan
menciptakan peluang bisnis yang besar. Atau bisa saja salad yang
menjadi jajanan murah yang dijual dipinggir jalan. Dengan kata lain,
makna tertunda rujak sebagai hasil budaya yang merupakan identitas
bangsa mendapat posisi yang sama dan buat salad, kita harus memahami
bersama bahwa salad tidaklah lebih dari rujak versi orang eropa.
Dengan kata lain salad tidak mempunyai kelebihan apa-apa jika penunda
maknanya dihilangkan yaitu kapitalisme.
Kesimpulan
Rujak dan salad
adalah dua jenis kuliner yang sebenarnya mempunyai kesamaan baik dari
segi bahan dan pembuatan. Hal ini disebabkan oleh adanya yang menunda
makna kedua kuliner tersebut. Salad menjadi makanan ekslusif yang
menyehatkan dan rujak menjadi makanan pinggir jalan yang membuat
sakit perut. Dan penundaan tersebut adalah ideologi kapitalis. Hal
ini tidak hanya terjadi satu makanan saja. Akan tetapi diberbagai
makanan lainnya di Indonesia dan dunia. Yang perlu kiya lakukan
hanyalah mencoba sedikit curiga dan snsitif terhadap hal tersebut.
Penundaan makna dapat menyebabkan sebuah kata kehilangan
ketidakterikatannya. Dan hal akan membatasi kita untuk mencari makna
yang seharusnya dan cocok untuk kita. Paling tidak untuk menjaga
identitas bangasa kita.
Daftar Acuan
1
Ujian Tengah Semester, Mata Kuliah Semiotika Media, Dosen Pengajar:
Yuka D. Narendra, Univ. Paramadina, 2011
2
Mahasiswa Kajian Media, Ilmu Komunikasi, Universitas Paramadina.
This entry was posted
at 5/02/2012 02:48:00 PM
and is filed under
Tugas Kuliah
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.